Percaya nggak sih sama kalimat itu? Kalo aku pribadi si
percaya banget! Bukan sembarang ngasih jawaban, tapi memang aku punya
alasannya. Semoga di tulisanku kali ini aku bisa memberi inspirasi sedikit buat
kalian yang mengalaminya. Sebelumnya, bukan maksud aku sendiri untuk mengumbar
aib, tapi aku tidak ingin ketika kalian semua merasa sangat jatuh dan kalian
makin melakukan hal yang membuat kalian sendiri rusak.
Dulu aku nggak setegar seperti ini. Kesakitan hati dan kekecewaan
tak dapat terbendung sehingga membuat ku merasa sangat jatuh. Namun, Tuhan mempunyai
rencana yang lebih indah. Ia telah mempersiapkan kebahagiaan-kebahagiaan lain
untukku, namun hanya baru sekarang aku mnenyadarinya.
Mungkin terlalu berlebihan jika ku katakan bahwa selama 15
tahun ini aku tak pernah merasakan kebahagiaan yang utuh. Hidup tanpa kasih
sayang orang tua itu sangat benar-benar aku rasakan. Aku tak pernah mendengar
canda-candaan mama dan papaku selama 14 tahun lebih. Namun, mereka juga tidak bertengkar
atau berantam. Mereka hanya memutuskan berpisah tapi aku juga nggak tau apa alasan
yang tepat untuk keputusan mereka.
Papa yang dulu ku harapkan untuk menjadi pahlawanku ternyata
salah. Ia tega meninggalkan ku bertahun tahun. Aku sempat membencinya karena
dia nggak pernah peduli sama keadaan ku. Tepat kemarin tanggal 6 juni 2010, itu
kali pertama aku melihat seorang ayahku. Dia memelukku sambil meneteskan air
mata. Aku berkata kesal dengan cetus “siapa kau?” karena aku meras terlalu sakit
ketika kehadiran ku tak di anggap didunia ini. Papa ku meninggalkan mama ku dan
mulai mencari wanita yang lebih. Sudah tiga kali bernikah-cerai kini dia dapat
istri yang mungkin menurut dia sudah tepat untuk menemaninya nanti dimasa tua.
Mama yang dulu ke harapkan menjadi supermom ternyata lebih.
Dia bukan hanya menjadi supermom namun dia sudah menjadi malaikat bagiku. Dia
benar-benar menjadi semuanya apa yang seharusnya papaku kerjakan atau lakukan.
Dia berdiri sendiri tanpa bantuan dari seorang lelaki. Dia pergi ke negeri
orang dari aku berumur lima bulan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupku.
Selama 14 tahun ini mamaku sendiri yang menopang susahnya berdiri sendiri, sakitnya
menjadi ibu dan juga berperan seperti ayah.
Dan sekarang aku pindah ke kota Duri, ke provinsi Riau
tepatnya dan tinggal bersama istri papaku yang ke-empat. Bukan bermaksud untuk
meninggalkan mamaku sendiri, namun kurasa tetap karena jika aku bertahan
dimedan, mamaku akan tetap tinggal diluar negeri sampai waktu kontraknya habis.
Iba melihat kelelahan dia mencari uang untukku. Walaupun dia bersusah payah,
dia tidak pernah meminta untuk pernah meng-iba kepadanya yang namanya perempuan
pasti lebih cenderung menggunakan perasaan daripada logika. Thanks God. Selama
aku merasakan kekecewaan bertahu-tahun ini, kini kau mengganti semua dengan
kebahagiaan. Ya semoga berlangsung lama bahagia ku disini. Aku mencoba
memaafkan semua kesalahan papaku dengan menguji kebahagiaan ku tinggal serumah
dengan istrinya yang ke-empat.
Semoga semua ini menjadi titik awal kebahagiaanku yang sesungguhnya. Semua
akan indah pada waktunya.
Semua akan indah pada waktunya!! Jangan bertanya kapan waktu
itu tiba, bersabarlah menunggu, aku sudah mengalaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar